Senin, 31 Maret 2014

Surat untuk Mantan


Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard Batubara.

Hai..
bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah pasti aku berharap agar kau selalu terlindung dalam lindungan-Nya.

Bagaimana pacarmu yang sekarang, apakah sama bodohnya denganku?
Yang bisa-bisanya menjalin hubungan denganmu atas dasar kau hanya ingin mempermainkanku tanpa terselip rasa cinta sedikitpun.
Seandainya waktu itu aku tidak terlalu berambisi untuk memilikimu, maka tak akan seperti ini hasilnya. Memang, sesuatu yang berlebihan itu tak baik.

Apakah kau masih ingat juga, kejadian pahit ketika tepat di hari ulang tahunmu? 
Aku membawakan sebuah kue ulang tahun dengan sedikit perjuangan; menerobos hujan lebat dengan motorku tanpa mengenakan jas hujan untuk sampai di rumahmu, dan ketika itu kau sedang asik menutup kedua matamu sambil menikmati ciuman yang lelaki itu berikan untukmu. 
Lalu kau bilang itu hanya kekhilafanmu saja.

Lagi-lagi rasa sayangku padamulah yang meyakini kalau kau memang khilaf melakukannya.

Entah, aku bodoh atau memang akulah manusia yang lemah. Memaafkan segala kesalahanmu yang kau sebut itu sebuah kekhilafan.

Hei! 
Apa kau masih ingat juga? ketika aku memberanikan diri membuka handphonemu dan kudapati seorang lelaki mengirimi sebuah pesan singkat untukmu dengan kata-kata mesra?
Semua orang pasti sama denganku bila mereka berada di posisiku. Marah. Iya, aku marah denganmu ketika aku tau, kau selingkuh di belakangku.
Tapi, apa nyatanya?
Malah kau yang marah dan menamparku dengan tanganmu sambil berkata kalau aku tak sopan membuka privacy oranglain.

Hei! 
Harusnya kau meminta maaf padaku dan berkata, "Maaf, Sayang, aku khilaf" sebuah kebiasaanmu yang selalu mengatasnamakan kekhilafan.

Aku selalu mengalah ketika berdebat denganmu, selalu memberikan ruang untukmu menang. Karena, jujur saja aku sangat mencintaimu dengan ketulusan. Aku tak ingin kehilanganmu.

Sampai akhirnya, kau mengeluarkan sebuah pengakuan kalau kau tak serius denganku, kau hanya ingin mempermainkanku saja. 
Cinta? 
Sayang?
Hanya dari mimpi aku mendapatkan hal tabu itu.

Apa kau tidak rindu atas kebiasaanmu menyakitiku? Atau sekarang, malahan kau yang berada di posisiku? Karena terkutuk karma dari Tuhan yang mendengar dan menjabah doaku yang teraniaya dirimu.

Aku tuliskan semua kesalahanmu atau yang sering kau sebut kekhilafanmu itu saat bersamaku hanya untuk sekadar mengingatkanmu, bahwa hukum karma itu berlaku dan nyata.

Kau menanamnya, maka kau akan nikmati hasilnya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar