Kamar. Ruangan mungil ini mungkin menjadi saksi bisu kisah hidupku.
Dia dapat melihat, mendengar, dan merasakan suka duka perjalanan hidupku. Dia kujadikan tempat mengumpat ketika sepasang mataku tak dapat
lagi menahan bulir-bulir air mata yang ingin menetes membasahi semesta
ini.
Aku sering terduduk di jendela kamar ini, memandangi jutaan bintang
yang bersinar terang, dan menghiasi jagat raya. Sambil menenggak
secangkir kopi panas, dan melantunkan lagu-lagu yang kusuka. Diiringi
suara gitar yang mempersilahkan jari-jemariku menjamah keenam senarnya.
Seperti yang sedang kulakukan saat ini. Tapi, nampaknya malam ini langit sedang ingin bergalau bersamaku. Itu
terbukti dengan munculnya langit mendung yang menampung rintikan hujan,
dan siap menghempaskan mereka ke semesta ini.
Saat kumulai bernyanyi dengan sepenuh hati, dan membayangkan seorang
perempuan yang memaksa otakku untuk terus memikirkannya. Tetesan air
hujan mulai turun perlahan, dan semakin lama semakin deras. Langit
seraya mewalikan perasaanku malam ini.
Dari kejauhan, nampak seseorang yang ingin bertamu ke rumah ini.
Dengan menggunakan payung yang melindungi tubuhnya dari derasnya rintik
hujan, orang itu turun dari sebuah taksi dan berjalan melewati derasnya
hujan.
Aku sentak menaruh gitar di atas tempat tidurku, lalu keluar menuju
lantai bawah. Sebab, malam ini hanya aku yang tetap di rumah dikala
keluargaku sibuk dengan urusan pribadinya masing-masing di luar sana.
"tok, tok, tok..." terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras.
"iya, sebentar." aku menjawab, menandakan ada orang di dalamnya.
Kubuka pintu ganda tersebut, dan seketika jantungku berdetak cepat.
Aku terkejut karna orang yang berada di balik pintu itu adalah Melinda.
Ia merupakan teman sekolahku, namun berbeda kelas. Tanpa ia sadari, aku
sangat mencintainya, namun apadaya, dia sudah menjadi kekasih oranglain.
"nyari Andre, Mel?" tanyaku membuka obrolan.
"iya, Val. Andrenya ada?"
"tadi Andre keluar, Mel, tapi engga bilang mau kemana." aku menjawab pertanyaan Melinda yang menanyakan Andre, kakakku dan sebagai kekasihnya. Aku sedikit berdusta menjawab pertanyaan yang dilontarkannya. Aku tahu, kakakku tadi membawa selingkuhannya, lalu pergi lagi entah kemana. Aku sangat iba pada Melinda, ia sangat mencintai kakakku dengan sepenuh hati, namun, kakakku mencintainya hanya setengah hatinya.
"iya, Val. Andrenya ada?"
"tadi Andre keluar, Mel, tapi engga bilang mau kemana." aku menjawab pertanyaan Melinda yang menanyakan Andre, kakakku dan sebagai kekasihnya. Aku sedikit berdusta menjawab pertanyaan yang dilontarkannya. Aku tahu, kakakku tadi membawa selingkuhannya, lalu pergi lagi entah kemana. Aku sangat iba pada Melinda, ia sangat mencintai kakakku dengan sepenuh hati, namun, kakakku mencintainya hanya setengah hatinya.
"ohiya, masuk, Mel, di luar dingin tau." perintahku pada Melinda,
sambil berandai-andai, "jika aku kekasihmu, aku akan langsung memelukmu,
dan berusaha membuatmu menjadi hangat." karna aku tak tega melihat
Melinda kedinginan seperti itu.
Kakiku langsung menyusuri barisan lantai yang tersusun rapih, lalu
menuju dapur untuk membuatkan susu hangat. Aku sangat paham, Melinda
sangat gemar dengan minuman yang satu ini. Tak sia-sia aku menjadi
stalker twitter Melinda selama ini.
Aku kembali ke ruang tamu, dimana ada seorang gadis cantik, berkulit
putih, berambut hitam terurai, dan baik hati, sedang menekuk muka karna
kecewa orang yang ia sayangi tidak ditemuinya malam ini.
"nih minum dulu, biar hangat." sambil tanganku yang menggenggam segelas susu hangat menjulur ke arahnya.
"makasih ya, Val." jawab Melinda dan tersenyum kecil. Senyuman yang
membuatku merasa bersalah, karna telah membiarkan ia menjadi kekasih
bajingan seperti kakakku itu.
Pandanganku sengaja kuarahkan ke layar handphoneku, dengan sesekali mencoba mencuri-curi pandang ke arahnya.
Satu jam kami saling terdiam, hanya sepatah dua kata yang terucap
dari mulut kami. Suasana bertambah dingin, ketika hembusan angin malam
yang masuk melalui celah pintu yang sengaja kubuka.
Aku berinisiatif untuk mengambil jaket di kamarku untuknya. Kakiku kuarahkan menaiki anak tangga untuk sampai di kamar.
Setibanya di ruang tamu, aku terkejut ketika Andre dan Melinda saling menempelkan bibirnya. Mereka saling melumut bibir pasangannya masing-masing,
dan terdengar jelas suaranya. Entah kapan Andre tiba di rumah ini. Yang
jelas, hatiku sangat hancur, tak terbentuk lagi, melihat langsung orang
yang kusayangi hanya menjadi pemuas nafsu bejadnya Andre. Aku sangat
yakin, Andre melakukannya dengan dilandasi rasa nafsu, bukan dengan
cinta. Tapi Melinda?, Dia melakukannya dengan penuh rasa cinta kepada
Andre. "Sayang sekali, kau memilih orang yang salah, Mel. Aku cukup
penakut untuk membongkar ini semua. Tapi, aku berjanji, aku akan
membongkar semua ini suatu saat nanti." kataku yang terdengar hanya di
dalam hati.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar