Rabu, 13 Januari 2016

Mantan Terindah






Terkadang, memang benar. Sebuah lagu mampu mewakili perasaan yang sedang kita rasakan. 
Tak terkecuali sebuah lagu yang sedang kudengarkan. 

Malam hari di sebuah balkon kecil, sehabis hujan.

Ku seruput kopi hitam kegemaranku, lalu menaruh cangkir putih yang terisi penuh oleh air hangat berwarna hitam pekat itu. Tanganku beranjak membuka bungkusan rokok, dan mengambil sebatang kenikmatan namun penuh dengan racun itu. 

"Persetan! Banyak inspirasi dalam setiap hirupannya." Kataku sambil menatap batang racun itu

Kutaruh sebatang racun itu di antara bibir bawah dan atas, lalu mengambil pemantik api, dan membakarnya kemudian. Lintingan kertaspun mulai dilalap api, tembakaupun ikut menjelma menjadi bara abu. Kuhisap perlahan filternya dan membiarkan asap putih berpetualang memasuki tenggorokanku. Setelahnya, mereka merelakan diri untuk dilayangkan ke udara oleh nafasku.

"Klik"
Ibu jariku menekan tombol play, lalu terdengar alunan nada indah yang tenang dan damai.

Mengapa engkau, waktu itu... putuskan cintaku.
Dan saat ini, engkau selalu ingin bertemu dan mengulang jalin cinta.

Entah, menurut kebanyakan orang, mantan terindah itu engga ada. 

"Yang namanya mantan itu engga ada yang indah, dia hanya selembar masalalu seperti permen karet yang menempel di bawah bagian sepatu, bikin pilu."

Namun, bagiku salah. Lagu ini benar. 

Terpintas kini di benakku, seorang gadis berdarah Manado-Jawa, cantik, manis, dan petakilan, yang menjelma menjadi seorang cewek ribet. 

Dengan lirik yang mudah diserap dan disertai oleh alunan denting piano yang indah, membuat lagu ini sangat nyaman di telingaku. Easy listening.
Ya, lagu yang berjudul Mantan terindah ini aku ulang terus menerus di handphoneku.

Mencoba untuk jujur pada diri sendiri dan tak ingin men-Tuhankan gengsi, kuberanikan diri untuk mengawali obrolan melalui sebuah aplikasi pengirim pesan instan, Line.
Kucari namanya pada kolom friends, lalu kukirimi ia sebuah pesan yang berisi nama panggilannya.

Lagu masih berputar, musik masih terus mengiringi nada-nada dan lirik sederhana pada lagu ini.

Andai ku bisa, ingin aku memelukmu lagi.
Di hati ini, hanya engkau mantan terindah yang selalu kurindukan.

Ya, lagu ini benar. Aku ingin memeluknya lagi, merasakan cinta dan kasih sayang, serta merangsang kinerja hormon baik, yaitu oksitosin dan serotonin yang membuatku merasa tenang, bahagia, dan menjauhkan perasaan kesepian serta amarah.
Aku merasa tenang dan senang karenamu.
Rindupun masih sama, masih sederhana. Sesederhana notifikasi darimu yang membalas pesanku.

"Iya, kenapa, Wi?"
"Gpp, ganggu ga?"
"Engga kok..."

Kamipun saling berbalas chat.
Bertukar kabar dan kegiatan kuliah.

Mau dikatakan apa lagi, kita tak akan pernah satu.
Engkau di sana, aku di sini, meski hatiku memilihmu.

"Aku kangen kamu, walaupun kamu udah punya pacar sekarang. Maaf."

Kuberanikan diri untuk mengatakan sejujurnya, tak menjadikan gengsi sebagai Tuhan, dan membunuh semua rasa pesimis yang menghantui.

Notif Line berbunyi, pesan darinya masuk. Ternyata Ia juga memiliki rasa yang sama, rindu.

Aku senang, sangat senang pada malam itu. Meskipun kami saling merindu, tetapi kami mengerti batasan. Aku juga tak ingin ia mengecewakan pacarnya.

Walaupun terkadang logika dan hati sering berbenturan, namun aku tetap memilih untuk menghargai setiap hubungan yang ada, dan tak ingin menggangu hubungan orang lain.

Lagu memasuki bait terakhir, dan menutup obrolan kami berdua dengan senyuman yang terlukis di bibirku.

Yang tlah kau buat, sungguhlah indah.
Buat diriku susah lupa.

You're still the most beautiful, Vanny.